Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

manusia purba di indonesia dan penemunya

Penemu fosil pertama di Indonesia adalah E. Dubois di daerah Trinil, salah satu daerah dekat Ngawi Jawa Timur tahun 1890. Jenis manusia purba tersebut adalah Pithecanthropus Erectus. Awalnya, ditemukan sebagian dari tulang rahang, disusul penemuan sebuah geraham dan bagian atas tengkorak dan tulang paha kiri.

Manusia pada zaman praaksara tidak meninggalkan bukti sejarah sehingga untuk mengetahui kehidupan pada masa tersebut, para ahli harus meneliti fosil-fosil manusia purba

Pithecanthropus Erectus dikategorikan antara manusia dengan kera. Selain didasarkan pada volume otak, juga didasarkan pada ciri-ciri fisik yang lain. Tulang keningnya sangat menonjol ke muka dan di atas bagian hidung bergandeng menjadi satu. Di atas tulang kening tulang dahinya terus saja licin ke belakang sehingga dapat dikatakan dahinya tidak ada.

a. Homo Mojokertensis
Von Koenigswald pada 1936 menemukan sebuah fosil tengkorak kanak-kanak di dekat Mojokerto. Dari gigi-giginya diperkirakan kanak-kanak tersebut belum melewati umur lima tahun. Makhluk itu dinamakan Homo Mojokertensis.

b. Meganthropus Paleojavanicus
Pada tahun 1941, di daerah Sangiran (lembah Sungai Bengawan Solo) Von Koenigswald menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat daripada rahang Pithecanthropus Erectus. Von Koenigswald menempatkan makhluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus Erectus mana pun. Mengingat bentuk tubuhnya yang besar (megas), makhluk itu diberi nama Meganthropus Paleojavanicus.

Pada masa itu, Sangiran adalah wilayah laut dalam. Hal itu bisa dibuktikan dengan endapan yang bisa dijumpai di sepanjang Sungai Puren tersingkap lapisan lempung biru dari formasi kalibeng yang merupakan daerah endapan daerah lingkungan lautan. Selain itu, juga banyak ditemui fosil-fosil moluska laut.

c. Homo Soloensis
Di dekat Ngandong (kawasan lembah Bengawan Solo, Kabupaten Blora), ditemukan sebelas fosil tengkorak oleh Von Koenigswald dan Weidenrich. Makhluk-makhluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan dapat dikatakan sebagai manusia. Oleh karena itu, fosil-fosil tersebut dinamakan Homo Soloensis (manusia dari Solo).

jenis fosil manusia purba Indonesia:
01. Meganthropus Paleojavanicus (Sangiran).
02. Pithecanthropus Robustus (Trinil).manusia-purba
03. Pithecanthropus Erectus (Homo Erectus) (Trinil).
04. Pithecanthropus Dubius (Jetis).
05. Pithecanthropus Mojokertensis (Perning).
06. Homo Javanensis (Sambung Macan).
07. Homo Soloensis (Ngandong).
08. Homo Sapiens Archaic.
09. Homo Sapiens Neandertahlman Asia.
10. Homo Sapiens Wajakensis (Tulungagung)
11. Homo Modernman.

Dari sejumlah penemuan itu,yang di perkirakan berumur paling tua adalah fosil manusia purba yang di ketemukan pada tahun 1941 oleh Von Koenigswald. Dalam penggaliannya di daerah sangiran yang merupakan lembah Bengawan Solo itu ia menemukan rahang bawah yang ukurannya jauh lebih besar dan kuat dari Pithecanthropus Erectus.

A. Meganthropus paleojavanicus , di temukan oleh Von Koniegswald di sangiran, lembah bengawan solo, antara tahun 1936-1941.
Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen bawah , diperkirakan ia memiliki badan tegap dan rahang besar dan kuat. Masih satu lapisan dengan Meganthropus adalah jenis manusia purba yang ditemukan didaerah perning Mojokerto oleh Von Koenigswald antara tahun 1936-1941. Selanjutnya berdasarkan hasil rekonstruksi maka dapatlah diketahui ciri-ciri fisiknya antara lain: berbadan tegap(tetapi tidak seperti Meganthropus), jika dewasa tinggi badannya diperkirakan mencapai 165-180 cm, tulang rahang dan geraham kuat serta bagian kening menonjol, alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil, serta volume otak yang belum sempurna seperti jenis homo, yakni hanya sekitar 750-1300 cc. oleh karena itu pula, sehingga jenis fosil tersebut diberi nama phitecanthropus yang berarti manusia kera . selain dari mojokerto, fosil yang sejenis dengan phitecanthropus namun tubuhnya lebih kuat sedikit adalah yang ditemukan oleh Weidenreich dan Van Koenigswald didesa Trinil( lembah bengawan Solo) pada tahun 1939.

B. Phitecanthropus Erectus, fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil, ngawi jawa timur
Berasal dari lapisan plestosen lapisan bawah dan tengah. Phitecanthropus ini memiliki ciri fisik antara lain: berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat, hidung lebar dengan tulang pipi serta dahi yang menonjol, tinggi badan dewasa diperkirakan antara 165-170 cm, serta berat badan kira-kira 100 Kg. diasia fosil phitecanthropus ditemukan di goa Chou-Kou-Tien dan dikenal sebagai phitecanthropus Pekinensis .Berdasarkan hasil temuannya, mereka menyimpulkan bahwa makhluk ini lebih tinggi tingkatannya daripada pithecanthropus erectus.

C. Homo Soloensis yang berarti manusia homo dari Solo
Para ahli memperkirakan makhluk tersebut merupakan hasil evolusi dari pithecanthropus Mojokertensis yang telah di singgung di atas. Di samping itu sebagian para ahli bahakan ada yang memasukkan homo Soloensis itu ke dalam golongan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari daratan Asia, Eropa, dan Afrika yang sama berasal dari lapisan plestocen atas.Selain homo Soloensis, jenis manusia homo yang diketemukan dalam lapisan yang sama dan berasal dari masa yang sama dengan homo soloensis adalah manusia wajak. Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois, dan diperkirakan memiliki tinggi badan sekitar 130-210 cm, dengan berat badan antara 30-150 Kg.

Selain jenis manusia purba yang sudah dibicarakan diatas, masih ada stu lagi jenis manusia purba yang sebenarnya telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah dapat menggunakan akal serta memiliki sifat sebagaimana yang dimiliki oleh manusia jaman sekarang. Namun demikian, kehidupan mereka masih sangat sederhana lagipula hidupnya masih mengembara, sebagai akibat dari ketergantungannya yang masih sangat besar pada alam( food gathering).manusia jenis ini biasa disebut dengan Homo Sapien atau manusia yang cerdas dan yang menjadi nenek moyang sesungguhnya dari manusia yang hidup pada jaman sekarang.

Penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh :
1. Eugena Dobois,
001-duboisDia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.
• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
• Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, H erectus 17Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
• Pithecanthropus Majokertensis, ditemukan di daerah Mojokerto
• Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo

2. G.H.R Von Koeningswald
Ilmuwan ini melakukan penelitian setelah eugena berhasil menemukan fosil fosil manusia purba. fosil yang di temukan oleh G.H.R Von Koeningswald antara lain Fosil tengkorak di daerah ngandong pda tahun 1936, fosil tengkorak anak di perning pada tahun 1937 dan rahang homo erektus dan meganthropus paleojavanicus di sangiran.

3. Ilmuwan lain :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus).
itulah tadi tokoh ilmuwan yang menemukan manusia purba di Indonesia

Sangiran 
adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Area ini memiliki luas 48 km² dan terletak di Jawa Tengah, 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo dan terletak di kaki gunung Lawu. Secara administratif Sangiran terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah.

Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa"). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut.
Museum Purbakala Sangiran yang diresmikan pada tanggal 15 Desember 2011 oleh Wakil Mentri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan Prof. Dr. Windu Nuryati, PHD memang sangat megah dan bertaraf internasioanal. Namun siapa yang menyangka jika sebelum menjadi museum yang megah, tempat tersebut masih berupa rumah joglo sederhana yang dijadikan tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh Kepala Desa Krikilan Toto Marsono.

Baru pada tahun 1974 Pemerintah Propinsi Jawa Tengah membuatkan gedung untuk menyimpan fosil dengan lebih baik. Tahun 1983 Pemerintah Pusat menghimpun semua koleksi yang ada di Sangiran, termasuk milik Toto Marsono untuk disimpan di museum yang baru di desa Krikilan. Museum inilah yang kini berkembang menjadi museum yang ada sekarang ini.