bayi baru lahir sering bersin
pertanyaan 1 : Begini dok, ada 2 keluhan yang ingin saya tanyakan :
Anak saya baru berusia 3 minggu dan sejak lahir pada kulitnya sudah timbul bintik-bintik kemerahan di wajah, lipatan kulit, dan bagian tubuh lain. Awalnya sedikit, tapi makin lama makin banyak dan beberapa bahkan berisi semacam cairan putih/kuning. Saya sudah ke dokter dan diberi krim Noroid, tapi sepertinya tidak membaik. Yang ingin saya tanyakan, apa sebenarnya pemicu kemerahan tersebut dan bagaimana cara penanganannya?
Sejak lahir, bahkan masih di ruang persalinan, anak saya sudah bersin-bersin. Oleh dokter dikasih obat tetes Ryvel. Katanya itu biasa terjadi pada bayi baru lahir karena dia sedang menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dan juga masih ada sisa lendir dalam tubuhnya sejak masih dalam kandungan. Tapi sudah 3 minggu usia bayi saya, sepertinya makin parah.
Napasnya berbunyi grok-grok, susah bernapas terutama malam hari (siang jarang). Anak jadi sulit tidur dan sering seperti hendak muntah kalau disusui. Sebenarnya saya sudah menghentikan pemberian obat tersebut karena tidak juga membaik dan takut anak terlalu banyak menerima bahan kimia obat padahal masih terlalu kecil, tapi sama dokter yang lain lagi (saya 2x datang berkonsultasi ke dokter anak yang berbeda) disuruh meneruskan saja obat tersebut. Tapi tetap, setelah beberapa hari pemberian obat, tetap tidak membaik.
Yang ingin saya tanyakan, apakah benar diagnosa alergi dari dokter tersebut dan apakah tidak ada cara penanganan yang lain selain obat? Saya kasihan harus memberi anak sekecil itu obat-obatan dan lagi pula berapa lama alergi ini dapat hilang? Apakah dapat mempengaruhi organ-organ tubuh lainnya?
Terima kasih atas perhatiannya, dok. Tolong bantuannya.
(Sri Yunita, Bontang)
petanyaan 2
Istri Saya setiap hari bingung, “Pa, kok anak kita melihat ke atas terus, jangan-jangan entar juling.” begitu katanya, panik. Ya memang buah hati kami hampir berusia 2 bulan. Ia sering tersenyum sendiri, kadang tertawa, berteriak, gumoh, kaget, bersin, menggeliat, seperti bayi pada umumnya. Saya sendiri tidak panik karena menurut saya itu adalah keadaan normal dari tingkah laku bayi yang baru lahir. Nah berikut ini saya posting artikel dari tabloid nakita.
jawabanya (;1)
Anak saya baru berusia 3 minggu dan sejak lahir pada kulitnya sudah timbul bintik-bintik kemerahan di wajah, lipatan kulit, dan bagian tubuh lain. Awalnya sedikit, tapi makin lama makin banyak dan beberapa bahkan berisi semacam cairan putih/kuning. Saya sudah ke dokter dan diberi krim Noroid, tapi sepertinya tidak membaik. Yang ingin saya tanyakan, apa sebenarnya pemicu kemerahan tersebut dan bagaimana cara penanganannya?
Sejak lahir, bahkan masih di ruang persalinan, anak saya sudah bersin-bersin. Oleh dokter dikasih obat tetes Ryvel. Katanya itu biasa terjadi pada bayi baru lahir karena dia sedang menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dan juga masih ada sisa lendir dalam tubuhnya sejak masih dalam kandungan. Tapi sudah 3 minggu usia bayi saya, sepertinya makin parah.
Napasnya berbunyi grok-grok, susah bernapas terutama malam hari (siang jarang). Anak jadi sulit tidur dan sering seperti hendak muntah kalau disusui. Sebenarnya saya sudah menghentikan pemberian obat tersebut karena tidak juga membaik dan takut anak terlalu banyak menerima bahan kimia obat padahal masih terlalu kecil, tapi sama dokter yang lain lagi (saya 2x datang berkonsultasi ke dokter anak yang berbeda) disuruh meneruskan saja obat tersebut. Tapi tetap, setelah beberapa hari pemberian obat, tetap tidak membaik.
Yang ingin saya tanyakan, apakah benar diagnosa alergi dari dokter tersebut dan apakah tidak ada cara penanganan yang lain selain obat? Saya kasihan harus memberi anak sekecil itu obat-obatan dan lagi pula berapa lama alergi ini dapat hilang? Apakah dapat mempengaruhi organ-organ tubuh lainnya?
Terima kasih atas perhatiannya, dok. Tolong bantuannya.
(Sri Yunita, Bontang)
petanyaan 2
Istri Saya setiap hari bingung, “Pa, kok anak kita melihat ke atas terus, jangan-jangan entar juling.” begitu katanya, panik. Ya memang buah hati kami hampir berusia 2 bulan. Ia sering tersenyum sendiri, kadang tertawa, berteriak, gumoh, kaget, bersin, menggeliat, seperti bayi pada umumnya. Saya sendiri tidak panik karena menurut saya itu adalah keadaan normal dari tingkah laku bayi yang baru lahir. Nah berikut ini saya posting artikel dari tabloid nakita.
jawabanya (;1)
Ibu Sri Yunita yang baik,
Kemungkinan besar bayi Ibu menderita masalah yang disebut “Erythema Toxicum”, yaitu bercak-bercak merah yang muncul pada bayi sejak beberapa hari setelah lahir. Kondisi “Erythema Toxicum” ini merupakan kondisi yang tidak berbahaya, biasanya menghilang setelah usia 2 minggu, paling lambat setelah usia 6 minggu. Bisa diberikan Caladin lotion, dan bila dalam beberapa hari – tetap belum ada perbaikan yang berarti, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit.
Bersin-bersin dan suara grok-grok pada bayi biasanya merupakan hal biasa dan tidak memerlukan perhatian serius. Tentunya susu terbaik yang harus diberikan adalah ASI, karena pemberian susu formula biasa memiliki resiko terjadinya alergi susu sapi.
Sebaiknya dihindari sumber alergi yang dapat masuk melalui saluran pernapasan, misalnya bedak harus dihindari demikian pula dengan debu.
Bila keluhan masih berlanjut, sebaiknya Ibu berkonsultasi ulang dengan spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan bila perlu dapat berkonsultasi dengan spesialis anak – ahli neonatologi (bayi).
jawaban yang ke 2
Kita tak perlu takut atau khawatir dengan perilaku si kecil yang baru lahir. Selama tak berlebihan, berarti wajar.
Jadi, normal saja, ya, Bu-Pak, kalau bayi baru lahir suka terkaget-kaget selagi tidur atau tersedak kala menyusu, misal. Namun tentunya, perilaku-perilaku tersebut akan berbeda antara bayi yang lahir normal dan sehat dengan bayi yang tak sehat atau tak normal.
Yang jelas, kata dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA. dari Subbagian Neonatologi, Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta, sejauh perilaku bayi masih dalam batas normal atau terjadi hanya sekali-kali saja, tak masalah. Tapi jika ada perilaku yang berlebihan atau keseringan dan terus-terusan, harus diwaspadai. “Mungkin saja ada sesuatu pada diri si bayi. Sebaiknya segera dibawa ke dokter untuk penanganan selanjutnya. Apalagi usia bayi masih sangat rentan,” tuturnya. Nah, berikut ini beberapa perilaku bayi baru lahir yang bisa diamati.
* Menangis
Begitu lahir, bayi harus menangis. Ini merupakan reaksi pertama yang bisa dilakukan. Dengan menangis, otomatis paru-parunya berfungsi. Paru-paru akan membuka dan mengisap oksigen. Selain itu, menangis juga sebagai reaksi dari perubahan yang dialami si bayi. Ketika di kandungan, ia merasakan kehangatan dan kenyamanan; ia merasa terlindungi. Suasana di rahim pun gelap. Sementara begitu lahir, ia merasakan udara luar yang dingin dan ada cahaya terang. Perubahan ini disikapinya dengan menangis.
Itu sebab, jika setelah lahir bayi tak menangis, berarti tak normal. Biasanya, ia mengalami asfiksia, yaitu kurang masukan oksigen ke dalam tubuhnya.
Bahayanya, otak pun akan kekurangan oksigen hingga dapat merusak otak. Kejadian ini biasanya berkaitan dengan keadaan sejak di kandungan. Maka itu, bila ada sesuatu dengan kandungan ibu yang bermasalah, harus segera mendapat penanganan yang adekuat dan benar dari ahlinya. Ini untuk menghindari, salah satunya kejadian bayi tak menangis.
Ketika bayi menangis, anggota geraknya pun ikut aktif. Tangisan bayi yang sehat bila suaranya keras, bukan merintih atau melengking. Jika suara tangisannya merintih/melengking, pertanda ada sesuatu pada si bayi atau ia sakit.
Menangis pada bayi juga merupakan ungkapan ekspresinya. Bayi akan menangis lantaran minta perhatian, lapar, basah popoknya karena BAB/BAK, atau lainnya. Jadi, bayi menangis tak selalu berarti lapar.
* Kaget
Bayi akan bereaksi seperti kaget. Ini merupakan refleks naluriah. Sejauh refleks ini tak berlebihan terjadinya, tak masalah. Bila ia kaget, biasanya tubuhnya bergerak semua. Gerakannya itu harus simetris semua, tak hanya sebagian tubuhnya saja yang bergerak. Kalau tidak, harus dicurigai ada sesuatu di otaknya. Segera periksakan ke dokter.
Gerak refleks ini bisa karena ia melihat cahaya yang menyilaukan atau lantaran ia sudah bisa mendengar suara/bunyi yang mengagetkannya. Itu sebab, jika bayi sedang tidur, biasanya orang di sekitarnya diminta untuk tak terlalu berisik.
Refleks ini masih boleh ada sampai usia 5 bulan. Jika setelah itu masih tetap ada, berarti tak normal, ada sesuatu pada diri si bayi hingga mesti dicari penyebabnya. Kemungkinan ada kerusakan di otaknya.
* Bersin
Jika sesekali atau tak berlebihan, wajar saja. Sebenarnya, bersin pertanda ia ingin mengeluarkan sesuatu/kotoran dari hidungnya. Lagi pula hidung bayi itu sensitif; dengan bersin, lubang hidungnya dibersihkan. Jadi, bersin merupakan reaksi bayi untuk pertahanan tubuhnya. Selain itu, bersin bisa juga karena ia terekspos udara dingin.
Jadi, bersin tak selalu berarti bayi akan flu. Tapi jika keseringan, misal, tiap jam bersin, memang bisa jadi pertanda si bayi sakit. Mungkin ketularan pilek dari ibunya.
Karena itu, untuk menghindarinya dari sakit, jangan sering-sering menciumi si bayi. Bila di rumah ada orang dewasa yang sedang sakit, sebaiknya tak mencium bayi dan harus menggunakan masker.
* Mengisap
Refleks ini merupakan refleks paling primitif untuk mempertahankan hidup. Lapar atau tidak, bila kita taruh jari di mulutnya, ia akan mencari dan membuka mulutnya dan jari tersebut akan diisapnya. Kemampuan inilah yang membuatnya bisa menyusu dan mendapatkan makanan.
Bila usia kehamilan ibu 34 minggu ke atas dan bayi dilahirkan di usia itu, sudah ada refleks mengisapnya. Jika refleks ini tak ada, berarti si bayi sakit, apakah infeksi atau sakit berat lainnya, semisal ada kerusakan otak hingga pusat yang mengatur refleksnya tak berfungsi.
Refleks mengisap akan terus ada sampai dewasa. Maka itu, adakalanya anak usia setahun pun masih suka mengisap ibu jarinya.
* Tersedak
Normalnya di tenggorokan ada jalan napas dan jalan makanan atau kerongkongan. Jika bayi sedang minum/makan, jalan napasnya akan menutup. Pada bayi normal, lahir cukup bulan, dan sehat, ia punya refleks otomatis seperti itu. Jadi, bila kebanyakan minum, ia akan berhenti dulu, tak akan gelagapan tersedak sampai masuk ke paru-paru. Bayi bisa mengatur seberapa banyak harus mengisapnya. Jadi, jarang bayi tersedak.
Jika hanya sekali-kali tersedaknya tak apa-apa, asalkan jangan sampai masuk ke jalan napas dan menyebabkannya biru. Bila sampai tersedak pun ia punya refleks untuk membatukkan. Kecuali jika bayi dicekoki, kebanyakan bisa tersedak.
Pada bayi yang menyusu ASI, tak mungkin tersedak karena bayi mengisap dan memompa ASI sesuai isapannya. Tersedak justru lebih sering terjadi pada bayi yang minum susu botol. Terutama karena posisi dalam memberikan susu botol yang mungkin tak benar/tak hati-hati. Selain itu, susu akan menetes terus dari dotnya hingga bayi sulit mengatur isapannya. Akibatnya, jika kebanyakan netesnya, ia jadi gelagapan. Maka itu, dalam menyusui bayi, mata ibu tak boleh ke mana-mana, harus memperhatikan dengan baik apakah si bayi mengisapnya dengan enak atau tidak. Bila si bayi tersedak, hentikan dulu menyusunya, lalu angkat dan sendawakan.
Ada kelainan pada bayi yang membuatnya sering tersedak, misal, refleks isapnya tak ada karena ia sakit berat dan badannya lemah. Sebab, refleks tersebut akan timbul jika si bayi sehat. Karena refleksnya itu tak ada lalu dipaksa, hingga membuatnya tersedak. Seharusnya bayi-bayi seperti ini dipasangkan selang dari mulut ke lambungnya.
Bayi juga bisa tersedak karena kelainan anatomis, misal, fistula esophagus (ada lubang antara jalan napas dan jalan makan). Jadi, makanan/minuman yang masuk, sebagian masuk ke paru-paru hingga membuatnya tersedak. Kelainan ini harus diperbaiki dengan operasi.
* Mengeluarkan air liur
Air liur diproduksi terus dan harus ditelan. Jika air liur keluar dari mulutnya hanya sekali-kali/tak berlebihan, itu normal. Nanti juga lama-lama hilang sendiri sejalan pertambahan usianya. Tapi, jika air liur sudah terlalu banyak dan berlebihan, berarti ada penyakit. Misal, ada atresia esophagus (buntunya saluran kerongkongan), hingga bayi tak bisa menelan dan produksi air liurnya berlebihan. Mengatasinya, dengan operasi. Biasanya kelainan ini harus dicurigai ada pada bayi bila ibunya dalam kehamilan mengalami polihidramnion atau air ketuban banyak atau yang orang bilang dengan hamil kembar air.
* Buang air besar dan buang air kecil
Sebenarnya, bayi di kandungan sudah makan dan ususnya sudah bisa membentuk yang namanya kotoran. Itu sebab, umumnya bayi baru lahir dalam waktu 24 jam sudah BAB dan BAK. Jika dalam waktu 48 jam tidak BAB/BAK, berarti ada yang tak beres.
Kalau tidak BAB, mungkin ada sumbatan di jalan ususnya hingga kotoran tak bisa keluar. Bisa karena memang jalannya buntu atau karena kotoran yang sudah terbentuk di kandungan begitu keras (mekonium plak). Untuk mengeluarkannya, kotoran ini harus distimulasi dan ini dilakukan di RS.
Pada tiga hari pertama, kotoran bayi masih berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-lama warnanya berubah jadi kuning. Pada bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi BAB-nya lebih sering. Dalam sehari bisa sampai 10 kali, tapi hanya sedikit-sedikit. Jadi, kita tak perlu bingung dan menganggapnya diare. Yang penting bukan frekuensinya, tapi konsistensinya. Jika konsistensinya berupa cairan dan jumlahnya banyak, berarti diare.
Kalau tidak BAK, biasanya karena bayi sakit berat (syok) hingga aliran darah ke ginjal kurang. Dalam keadaan syok, aliran darahnya diutamakan ke otak dan jantung hingga aliran darah yang ke ginjal kurang. Bayi akan lebih sering BAK jika ia memang banyak minum. Atau, bisa juga karena udara dingin membuatnya lebih sering BAK. Bisa 10-12 kali ganti popok dalam sehari. Jika sudah BAK, otomatis cairan tubuhnya berkurang dan bayi pun akan minta minum kembali. Jadi berikan saja, tak perlu pakai jam-jaman.
* Tangan dan kaki lebih sering menekuk
Ketika ditaruh dalam posisi telentang, biasanya tubuhnya tak lurus sama sekali, tapi menekuk di siku tangan dan lututnya. Tubuhnya pun lebih banyak bergerak. Posisi anggota gerak bayi normal ini, namanya fleksi. Mungkin posisi secara fisiologis ini seperti kala di kandungan, bayi dalam keadaan meringkuk.
Jadi, posisinya ini tak perlu dikhawatirkan, apalagi sampai membedongnya kuat-kuat dengan tujuan agar tubuhnya jadi lurus. Biarkan saja. Sebetulnya, bedong digunakan hanya agar bayi tak kedinginan.
Namun bila tubuhnya menekuk berlebihan, dalam arti menekuk sekali dan tampak kaku atau tak relaks, namanya spastis. Ini berarti ada saraf yang tak beres. Umumnya, setelah usia 5-6 bulan posisinya mulai tidur lurus. Tapi jika dari awal sudah lurus dan kaku, namanya ekstensi. Kemungkinan ada sesuatu di otaknya.